rendra 2   
Rendra (1935-2009) 
 
 
 
寫給邦尼的藍調
--Rendra (1935-2009)

波士頓市區顯得殘舊斑駁
皆因海風呼嘯空氣汙濁
又正值悲涼的深夜
小餐廳裡
一位年邁的黑人樂手
正彈著吉他唱著歌
沒什麼觀眾
只有七對男女
在昏暗中彼此欺哄與調情
吞吐著灰白的煙霧
真是些惹人厭的火爐

他唱著歌
聲音低沉
他這輩子娶了詞與曲
詞曲生出了千百種意義
喬治亞啊,遙遠的喬治亞啊
那裡處處有黑人的棚屋
家家屋頂都漏著水
遍地蚯蚓與糙皮症
他在歌中唱著遙遠的喬治亞

人們停止講話
小餐廳靜了下來
只剩風聲震動窗葉
喬治亞啊
緊閉上雙眼
這黑人向寂靜致敬
寂靜的回應
卻踹來準準一腳
恰恰踢到肝腸
為此他躁動顫抖
做出大猩猩似的舉動
駝背衰老的大猩猩
嗚咽著
手指一邊不斷怒撥著吉他
刮著、搔著
撕扯著他靈魂的紅腫搔癢

喬治亞啊
沒別的客人進來了
室外的氣氛低沉
風更加肅殺
而旅館中
只有冰冷的床在等著
很快的餐館老闆的臉色難看
因為這晚要賠錢了
黑人樂手抬起頭來
他的頸子僵直
他的眼珠乾澀血紅
朝天望去
而天
降下一張網
困住了他的身軀

如一尾黑魚
他在網中掙扎
輾轉翻騰
徒勞無功
怒氣沖沖
受盡屈辱
又能奈何

風吹打著波士頓廣場
在教堂塔樓間反復呼嘯
直到將夜晚撕成碎屑
黑人樂手跺著腳
在歌中咒罵著
白牙發出光澤
報復地獰笑
如長滿泥苔的巨石
他的臉骯髒、濕黏、陰暗


然後時間如洪水
衝擊著他疲憊的靈魂
當這一切正在進行
他忽感一陣強烈的痙攣
在他腿上發作
驚駭莫名
難以置信
他竟嚐到
生平第一次痛風
侵襲他的膝蓋

裝出神色自若
他默默承受著衝擊
慢慢停下動作
靜靜坐到椅上
像一只破罐子
一陣深呼吸後
他重新開始唱歌

喬治亞啊
他歌中唱著遙遠的喬治亞
他老婆還留在那兒
忠貞但憔悴
黑人孩童們在陰溝中玩耍
無力上學
長大了就只會醉酒和吹牛
欠債一堆
每到禮拜日
他們去專門給黑人的教堂
在那歌唱
因為在此世他們已無能為力

喬治亞啊
處處泥沾鞋
棚屋無戶牖
哀傷與天地
自始即並存
天堂與地獄
皆陳舊廢去
至於喬治亞嘛
是的,上帝
就算逃了這麼遠
喬治亞仍然追著他不放



Blues Untuk Bonnie
--Rendra

Kota Boston lusuh dan layu
kerna angin santer, udara jelek,
dan malam larut yang celaka.
Di dalam cafe itu
seorang penyanyi Negro tua
bergitar dan bernyanyi.
Hampir-hampir tanpa penonton.
Cuma tujuh pasang laki dan wanita
berdusta dan bercintaan di dalam gelap
mengepulkan asap rokok kelabu,
seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.

Ia bernyanyi.
Suaranya dalam.
Lagu dan kata ia kawinkan
Lagu beranak seratus makna.
Georgia. Georgia yang jauh.
Di sana gubug-gubug kaum Negro.
Atap-atap yang bocor.
Cacing tanah dan pellagra.
Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.

Orang-orang berhenti bicara.
Dalam cafe tak ada suara.
Kecuali angin menggetarkan kaca jendela.
Georgia.
Dengan mata terpejam
si Negro menegur sepi.
Dan sepi menjawab
dengan sebuah tendangan jitu
tepat di perutnya.
Maka dalam belingsatan
ia bertingkah bagai gorilla.
Gorilla tua yang bongkok
meraung-raung.
Sembari jari-jari galak di gitarnya
mencakar dan mencakar
menggaruki rasa gatal di sukmanya.

Georgia.
Tak ada lagi tamu baru.
Udara di luar jekut.
Anginnya tambah santer.
Dan di hotel
menunggu ranjang yang dingin.
Serenta dilihat muka majikan cafe jadi kecut
lantaran malam yang bangkrut
Negro itu menengadah.
Lehernya tegang.
Matanya kering dan merah
menatap ke surga.
Dan surga
melemparkan sebuah jala
yang menyergap tubuhnya.

Bagai ikan hitam
ia menggelepar dalam jala.
Jumpalitan
dan sia-sia.
Marah
terhina
dan sia-sia.

Angin bertalu-talu di alun-alun Boston.
Bersuit-suit di menara gereja-gereja.
Sehingga malam koyak moyak.
Si Negro menghentakkan kakinya.
Menyanyikan kutuk dan serapah.
Giginya putih berkilatan
meringis dalam dendam.
Bagai batu lumutan
wajahnya kotor, basah dan tua.

Maka waktu bagaikan air bah
melanda sukmanya yang lelah.
Sedang di tengah-tengah itu semua
ia rasa sentakan yang hebat
pada kakinya.
Kaget
hampir-hampir tak percaya
ia merasa
encok yang pertama
menyerang lututnya.

Menuruti adat pertunjukan
dengan kalem ia menahan kaget.
Pelan-pelan berhenti.
Pelan-pelan duduk di kursi.
Seperti guci retak
di toko tukang loak.
Baru setelah menarik napas panjang
ia kembali menyanyi.

Georgia.
Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.
Istrinya masih di sana
Setia tapi merana
Anak-anak Negro bermain di selokan
tak kerasan sekolah.
Yang tua-tua jadi pemabuk dan pembual
banyak hutangnya.
Dan di hari minggu
mereka pergi ke gereja yang khusus untuk Negro
Di sana bernyanyi
terpesona pada harapan akherat
kerna di dunia mereka tak berdaya.

Georgia.
Lumpur yang lekat di sepatu.
Gubug-gubug yang kurang jendela.
Duka dan dunia
sama-sama telah tua.
Sorga dan neraka
keduanya usang pula.
Dan Georgia?
Ya, Tuhan
Setelah begitu jauh melarikan diri,
masih juga Georgia menguntitnya.


Blues for Bonnie
--Rendra

The town of Boston is shabby and wilted
because of the harsh wind, the foul air,
and the late unlucky night.
In the café
an old negro
plays his guitar and sings.
Almost without an audience.
Just seven couples
deceiving and loving in the dark
blowing grey cigarette smoke
like angry fireplaces.

He sings.
His voice is deep.
He marries songs and words
to bring forth a hundred meanings.
Georgia. Far away Georgia.
Negro huts
with leaky roofs.
Earthworms and malnutrition.
In his songs he talks of far away Georgia.

People stop talking.
No sound in the café
Except the wind shaking the window pane.
Georgia.
With eyes shut
The negro salutes loneliness
And loneliness answers
with a precise kick
right in the gut.
In his unease he behaves like a gorilla
An old bent gorilla
roaring.
While his fingers rage on his guitar
scratching and scratching
tearing at the itch in his soul.

Georgia.
No new customers.
The air outside is oppressive.
The wind is harsher.
And at the hotel
a cold bed waits.
Soon the owner’s face sours
at the bankrupt evening.
The negro quickly looks upwards.
His neck taut
His eyes dry and red
looking to heaven.
And heaven throws a net
to trap his body.

Like a black fish
he flounders in the net.
Tumbling and futile.
Angry
offended
and futile.

The wind is persistent on Boston Square
Whistling around the church-towers
until night hangs in shreds.
The negro stamps his foot
sings of curses and exorcism
His white teeth shine
grinning in his resentment
Like a mossy stone
his face is dirty, old and wet.

Time like a flood
strikes down his weak spirit.
And in the midst of this all
he feels a strong jerk
at his leg.
Surprised
almost not believing
he feels
the first twinges of rheumatism
attack his knee.

As one does
he forces off surprise with calm.
Slowly stops.
Slowly sits in a chair.
Like a cracked jar
in a secondhand shop.
Then after a long breath
he begins to sing again.

Georgia.
In his song he talks of far away Georgia.
His wife is still there.
Patient but suffering.
Negro children play in gutters
not feeling at home in school.
The old men become drunkards and braggarts
get into debt
and on Sundays
go to the church specially for negroes.
There they sing
spellbound by their hope of heaven.
In this life they are powerless.

Georgia.
Mud which sticks to the shoes.
Huts without windows.
Sadness and this world
both equally old.
Heaven and hell
both worn out too.
And Georgia?
Yes God.
Even after running so far from her
Georgia still comes running after him.



Rendra, translated by Burton Raffel, Harry Aveling and Derwent May, Ballads and Blues: Poems, Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1974, p.192-199.
 

arrow
arrow
    全站熱搜

    kamadevas 發表在 痞客邦 留言(0) 人氣()