2016年4月,印尼蘇門答臘班古魯省(Bengkulu)一偏僻村莊的14歲少女Yuyun,在放學回家途中失蹤,兩天後屍體被發現,全身充滿瘀傷,還有被性侵及綑綁的痕跡。警方後來逮捕14名嫌犯,其中7名是年齡與被害人相近的未成年人。這起命案起初並未受到太多關注,媒體也鮮少報導,引起了印尼獨立音樂人卡蒂卡(Kartika Jahja)對印尼女性悲慘處境的憤怒,便透過其所屬的社運組織「雌性集體」(Kolektif Betina)在推特上發起「為Yuyun點起燭光」(Nyala untuk Yuyun)的活動,逐漸在社群媒體上引發各界的聲援與廣泛討論,「YY就是我們」(#YYadalahKita)隨後成為印尼推特的熱門標籤,最後促使印尼主流媒體與社會大眾關注這個案件所反映出的男女不平等與女性受虐的議題。以下這首詩是長期關注社會議題的印尼小說家Ayu Utami針對這起慘案所寫的詩,呼籲印尼社會深切反省、勇敢面對問題,並提出了從下一代教育著手的改革之道。

 
 
在一個孩子被同齡的同伴姦殺之後
(追思Y)
--Ayu Utami (b.1968),羅浩原 譯
 
倘若十四名少年輪姦一位少女
我們就不能夠說:
「我們當中總有些心理變態者」
 
倘若四個半大不小的男孩結夥去捂住落單女孩的嘴
我們就不能夠說:
「婦女應能警惕保護自己」
 
倘若一群大男人丟石頭砸死一個兩個三個女人
我們就不能夠說:
「這在端正道德與宗教」
 
我們無法再僅僅寄望於法律
把人送進監獄;那施暴者亦是受害者
我們不能再說端正這個、端正那個
因為「端正」正是耍霸王的言語
暴力的語言
圖謀權力的語言
 
我們已落入其陷阱
我們教那些孩子們去當王子
而他們的玩具可不只有風箏
還有少女們
供他們去飛舞升空、切斷繩索、撕扯稀爛
因為她們只是私有財產罷了
 
(只要男人還被教育去視女人為私有財產,他就仍會渴望去奴役女人)
 
暴力的語言,我們已落入其陷阱
 
我們需要的是另一種語言
倘若不是愛的語言,便是勇敢的語言
別轉頭不直視黑暗,要正面面對
 
因為在那黑暗中
我們去觸碰、去摸索
我們不匆不忙
我們學習去意識到
不被察覺的事物
我們不被佔有
不被物化
 
(只要男人還被教育去視女人為玩物,他們強姦的本能就仍會膨脹)
 
如今在一個孩子被姦殺之後
在我們哭泣(與咒罵)完了之後該做些什麼呢?
 
我們必須改變這個世界
並教育我們的孩子們
就算風箏是個玩具
風能夠讓它飛揚
雖然笛子不過是一根枯竹
風能夠讓它歌唱
風——甚而至於風,我的孩子——也有個體性
 
(倘若男人被教育去視女人為主體、個人;他們自己就會有不強迫他人的心念與價值)
 
倘若十四個少年強姦一個落單的少女
倘若任何男人丟石頭砸死任何並未落單的女人
這是我們已落入陷阱的徵兆
暴力的語言
只知道去征服
並繼續增生出暴力
 
我們必須從源頭開始
倘若不是以女性的語言,則要以愛的語言
(去消除任何物化的行為)
去消除任何對權力的崇拜
 
不是為反對而反對
而是要讓耍霸王的語言不被習用
除非是在最親密與幽靜的場合
 
2016年5月2日
 
 
Setelah Seorang Anak Diperkosa dan Dibunuh Teman Sebayanya
(Mengenang Y)
--Ayu Utami (b.1968)
 
Jika empat belas remaja bergerombol memperkosa satu anak dara,
kita tidak bisa berkata:
“selalu ada psikopat di antara kita.”
 
Jika empat anak tanggung berkawanan membungkam gadis yang sendiri,
kita tidak bisa berkata:
“wanita harus bisa jaga diri.”
 
Jika sekumpulan lelaki merajam satu dua tiga perempuan,
kita tidak bisa berkata:
“tegakkan moral dan agama.”
 
Kita tak bisa lagi mengandalkan hanya hukum
yang memenjarakan; si pelaku maupun korban
Kita tak bisa lagi bicara tegakkan ini tegakkan itu
Persis sebab “tegakkan” adalah bahasa jejantan
Bahasa kekerasan
Bahasa yang motifnya kekuasaan
 
Kita telah terjebak di dalamnya
Kita ajar anak-anak itu jadi pangeran
dan mainannya bukan hanya layang-layang
tapi juga dayang-dayang
yang boleh diterbangkan, diputus, dikoyakkan
sebab mereka hanyalah kepunyaan
 
(Selama lelaki dididik melihat perempuan sebagai kepunyaan, selama itu ia berhasrat menguasai)
 
Bahasa kekerasan, kita telah terjebak di dalamnya
 
Yang kita butuhkan adalah bahasa lain
Jika bukan bahasa cinta, maka bahasa keberanian
untuk menatap yang paling gelap dan menghadapi

Sebab di dalam yang gelap
kita menyentuh, meraba
kita tak tergesa-gesa
kita belajar menyadari
yang tak terpandang
kita tidak memiliki
tidak mengobyektivikasi
 
(Selama lelaki dididik melihat perempuan sebagai obyek, selama itu ia mengembangkan bakat memperkosa)
 
Setelah hari ini seorang anak diperkosa dan dibunuh,
apa yang kita lakukan sesudah menangis (dan mengutuk)?
 
Kita harus mengubah dunia
Dan mengajar anak-anak kita
Sekalipun layang-layang adalah mainan,
angin boleh menerbangkannya.
Meski seruling hanyalah sebatang bambu mati,
angin membuatnya bernyanyi.
Angin—bahkan angin, anakku—adalah individu.
 
(Jika lelaki dididik untuk melihat perempuan sebagai subyek, individu; ia punya hati dan harga diri untuk tidak memaksa)
 
Jika ada empat belas remaja memperkosa gadis yang sendirian,
Jika ada segala lelaki merajam segala perempuan yang tidak sendirian,
itu tanda kita telah terjebak
bahasa kekerasan
yang hanya tahu menaklukkan,
dan terus melahirkan kekerasan
 
Kita harus mulai dari awal
Jika bukan dengan bahasa perempuan, maka bahasa cinta
(yang menghapus segala obyektivikasi)
Yang menghapus segala pemujaan terhadap kekuasaan
 
Bukan lantaran anti
Tetapi agar bahasa jejantan jangan dipakai
kecuali dalam perkara paling mesra dan sunyi.
 
2 Mei 2016

https://www.qureta.com/post/setelah-seorang-anak-diperkosa-dan-dibunuh-teman-sebayanya?utm_campaign=shareaholic&utm_medium=facebook&utm_source=socialnetwork

 

arrow
arrow
    全站熱搜

    kamadevas 發表在 痞客邦 留言(0) 人氣()